Thursday, October 18, 2012

Kafilah Ababil

SINOPSIS KAFILAH ABABIL
Novel ini mengisahkan kekuatan enam anak dalam mengarungi masanya. Enam anak itu membuat nama grup sendiri sebagai KAFILAH ABABIL setelah Pak Kiai mengutus mereka menjadi peserta lomba MTQ. ABABIL sendiri kepanjangan dari nama-nama mereka, yaitu Asep, Badru, Abdur, Basit, Ilham, dan Lukman yang secara spontan dibuat. Tak ada pilihan ketika itu memilih mereka menjadi peserta MTQ tingkat kecamatan setelah Pak Kuwu (Kepala Desa) mendesak Pak Kiai mengirimkan kafilahnya dalam waktu satu hari saja. Berkat ketekunannya, Kafilah Ababil mampu memberikan kemenangan meski bukan sebagai juara umum. 
Kafilah Ababil adalah potret kehidupan anak-anak dalam membangun kebersamaan, komitmen, suka duka, dan konsisten dalam keseharian mereka. Rumah kedua mereka adalah Musholla Darussalam, setiap malam tidur dan belajar di Rumah Allah itu. Mereka bukan santri murni seperti pondok pesantren dengan segala peraturannya. Mereka juga bukan santri kalong karena mereka setiap malam merangkai mimpi di Musholla Darussalam. Tapi mereka penuh komitmen untuk meraih masa depan mereka. 
Di bagian pertama novel ini kami sebut dengan edisi taat atau the power of childern. Ya, mereka adalah masa anak-anak karena yang mereka bangun adalah kepatuhan kepada sekelilingnya; orangtua, guru, teman, dan semuanya. Ketika Pak Kiai mengeluarkan aturan tidak boleh nonton layar tancap, Kafilah Ababil dengan sekuat tenaga menahannya. Namun saat Kafilah Ababil memaksa ingkar aturan dan nonton layar tancap, Pak Kiai tak segan-segan menghukumnya. Begitu juga ketika belajar membaca Al-Qur’an, bagi yang masih belepotan tajwidnya, Pak Kiai tak ragu menghukumnya dengan memukulkan sorban ke badan mereka. Kafilah Ababil menuruti semua pesan itu dan begitu pun orang tua mereka sangat yakin dengan didikan Kiai.
Masa anak-anak Kafilah Ababil penuh dengan adegan seru, haru, dan lucu. Sepanjang tulisan ini memang dibuat jenaka menyesuaikan kepolosan anak ketika itu. Suatu hari Lukman, salah satu Kafilah Ababil difitnah mencuri kotak amal Musholla Darussalam. Pak Kiai hampir saja menghukum Lukman dengan api yang sudah disiapkan. Tapi Kafilah Ababil berjanji akan menemukan pelaku sebenarnya. Akhirnya dengan segala caranya mereka bisa menemukan pelaku itu. Ketapel, air bawang, dan tali tambang merupakan senjata apa adanya untuk mengalahkan mereka. Mereka pun terbebas dari hukuman Kiai. 
Komitmen Kafilah Ababil adalah ketika dua anggotanya hendak keluar karena merasa minder dengan kobodohannya. Abdur dan Basit memaksa ingin keluar dari kelompok Kafilah Ababil karena merasa tak pantas bergabung dengan anak-anak pinter. Kafilah Ababil akhirnya berkomitmen untuk sama-sama keluar dari masalah itu, yaitu Abdur dan Basit harus menjadi orang pinter juga. Mereka membantu dua sobatnya itu belajar bersama siang dan malam. Hasilnya keduanya mendapatkan nilai lebih baik dari sebelumnya. Bahkan Abdur yang sudah diultimatum orangtuanya harus pindah sekolah jika masih memiliki nilai jelek, akhirnya masih bertahan bersekolah bersama Kafilah Ababil. 
Di akhir masa pendidikan SD, Kafilah Ababil ingin memberikan kenangan abadi untuk Musholla Darussalam sebagai rumah kedua penuh inspirasi dan orang-orang yang sudah berperan mendidiknya. Mereka sepakat membuat Prasasti Ababil yang dibangun di depan musholla. Prasasti itu dibuat dari batu spesial dari Kali Cadas (tempat favorit mereka bermain di kampung itu) untuk kemudian diukir nama-nama Kafilah Ababil. Semua hadir pada peresmian Prasasti Ababil seperti Pak Kiai, Pak Kuwu, seluruh orangtua, jamaah, serta warga sekitar. Ada tangis, tawa, dan canda pada akhir masa itu. Sebentar lagi Kafilah Ababil akan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya sambil mesantren. Cerita berikutnya akan dituangkan dalam novel kedua “Kafilah Ababil” edisi ridha atau The Miracle of Pesantren.

ENDORSMENT KAFILAH ABABIL (Komentar-komentar) Sang Tokoh:
“Novel ini mengingatkan saya pada masa kecil dulu. Penuh impian, keyakinan serta tuntunan agama. Penulis merangkai karya apa adanya dengan bahasa yang mudah dan renyah. Sangat bermanfaat untuk dibaca oleh siapa saja.”
Dahlan Iskan – Menteri BUMN/Tokoh Inspirasi dalam Novel Trilogi Sepatu Dahlan
“Saya senang bermunculan novel bagus yang ditulis oleh anak-anak santri, termasuk novel ini. Novel ini mengajak kita kembali ke masa lalu saat masih anak-anak dengan semangat persahabatan untuk meraih kesuksesan. Di dunia pesantren ada etos kerja belajar dan kerja keras yang dilayani dengan ikhlas dan riang. Novel Kafilah Ababil ini enak dan penting dibaca bagi siapa saja yang ingin anak-anaknya mampu meraih mimpi.”
Prof. Dr. Komarudin Hidayat – Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

“Buku Kafilah Ababil ini merupakan sebuah novel tentang kisah persahabatan yang luar biasa. Bung Atho Al Rahman menulis buku ini dengan menggunakan kalimat sehari-hari yang mudah dipahami sehingga terasa mengalir lebih hidup dan mudah dimengerti. Dipenuhi dengan kisah persahabatan 6 anak yang berjuang bersama untuk meraih hasil terbaik dan dapat dibanggakan oleh orang-orang yang dicintainya. Novel ini berguna untuk menyadarkan kita semua bahwa dengan bekerja keras dan bersungguh-sungguh, semua impian dapat diraih dengan gemilang. Semoga Novel ini menjadi inspirasi kita semua untuk bekerja keras dan senantiasa berdoa dalam upaya untuk meraih impian.”
Kak Seto Mulyadi — Pemerhati Anak

“Saya merasa menjadi bagian dari mereka, bertujuh... menjadi saksi atas apa yang mereka lakukan di perjalankan Allah sebagai hamba-Nya yang terpilih. Kejailannya menyenangkan, kejujurannya adalah kepolosan anak, dan keberaniannya adalah kebenaran-Nya... Mereka seperti dididik langsung oleh Sang Pencipta bagaikan matahari menyinari tumbuhan yang meninggi dan merendah hidup berdampingan sebagai warna dalam kehidupan yang saling melengkapi.
Novel langka yang wajib dibaca karena muatannya membangun kesadaran untuk mencari kebenaran dan menuntunnya seperti pelajaran agama. Kelak siapa yang membaca akan mendapatkan ide, inspirasi, gagasan atau hidayah.”
Dik Doank – Sahabat Anak dan pekerja seni

“Novel yang mengajak kita kembali menyelami masa kanak-kanak yang penuh mimpi dan sukacita. Aroma semangat kehidupan khas anak-anak begitu terpancar jelas di novel ini.”
Oki Setiana Dewi – Artis Muslimah dan Penulis Best Seller

“Cerita anak-anak sangat dibutuhkan bagi perkembangan bangsa karena nilai-nilai kejujuran terbangkitkan. Dari mereka kita bisa bercermin seperti kata puisi Chairil Anwar ... Aku berkaca bukan buat ke pesta, ini muka penuh luka, siapa punya?... Nilai-nilai itu tercermin dalam novel Kafilah Ababil ini. Selamat membaca dan Salam Nusantara.”
Ray Sahetapy – Aktor

“Luar biasa, novel ini sarat muatan keislaman. Cerita enam anak dengan sebutan ABABIL dapat saya katakan sebagai cerita naturalistik berselimut keagamaan dengan posisi daya suguh penulis yang berharap agar para pembaca mau meniru penerapan akhlak yang digambarkan melalui tokoh enam anak itu.
Gambaran eksistensi kebersamaan seiring sejalan baik susah maupun senang dalam menghadapi masalah duniawi, dalam cerita ini betul-betul dikupas habis dengan maksud agar para pembaca banyak belajar menginsyafi diri bahwa hidup itu amat perlu mengembangkan sifat kekeluargaan sebagaimana yang dilakukan dalam tokoh utama ini. Kehebatan novel ini juga disuratkan melalui peran tokoh kiai yang senantiasa akurat atas aturan, tegas dan adil dalam memberikan hukuman pada santrinya. Ini kira-kira yang dapat dipetik nasehatnya oleh para pembaca dalam mengaplikasikan daya baca menjelajahi kehidupan bermasyarakat dan beragama.
Pendek kata, cerita dalam novel ini sangat baik untuk dibaca oleh kalangan siswa, mahasiswa, para pendidik, dan kalangan umum yang gemar membaca cerita berbentuk novel. Tak berlebihan kalau saya katakan bahwa novel ini novel penyejuk hati dengan tingkat humoris polos dan lancar dalam penyampaian bahasanya. Selamat membaca.”
H. Sutrisno, SE, M.Si -- Bupati Majalengka

“Tak disangka ada buku yang mengisahkan tentang kehidupan silam di Desa Bantarwaru, Majalengka. Saya langsung bernostalgia menyelami suasana sekitar tiga puluhan tahun lalu. Saya sempat menangis saat satu momen mengejar mataku, lalu saya juga tertawa ketika mengingat kepolosan tingkah mereka. Terimakasih Ananda Atho Al Rahman yang sudah mengabadikan masa lampau itu dalam sebuah karya novel yang apik meski di dalamnya juga tak sedikit bukan cerita sebenarnya. Semoga bermanfaat untuk ummat. Saya dan kami semua di kampung senantiasa mendoakanmu untuk terus istiqomah berkarya. Barakallah.”
KH Asyikin Syafi’i – Pengasuh Ponpes Darussalam, Bantarwaru

Dua Surga Dalam Cintaku


BEST TESTIMONIAL:


“…Saat membacanya, kita akan menemukan mutiara hikmah. Sungguh, kita dengan semua kejadian di dalamnya adalah bentangan ilmu dan hikmah bagi penikmat kehidupan yang telah ditabur Sang Penguasa Kehidupan, Allah 'Azzawajalla.”
Ustadz Muhammad Arifin Ilham,
Pelayan Majelis Az-Zikra.

“…Semoga, nilai-nilai cinta luhur yang terkandung dalam novel ini dapat dibaca dan disukai para remaja sebagai sebuah pilihan.”
Hj. Airin Rachmy Diani,
Walikota Tangerang Selatan.

“Novel ini mengisahkan tokoh yang tidak putus asa dalam mencari karunia cinta dan keturunan. Novel ini juga bercerita tentang tokoh lain yang berjuang kembali ke jalan Allah meski dilihat orang tetap tidak bersih. Layak untuk dibaca.” 
Prof. Dr. Sukron Kamil, MA., 
dosen sastra UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat.

“…Sungguh, sebuah novel yang menakjubkan dan menggetarkan jiwa.”
Nanang Qosim Yusuf,
 Master Trainer The 7 Awareness/Bapak Kesadaran Indonesia.

“Sebuah harapan. Semoga novel ini menjadi inspirasi, bermanfaat, dan berkah bagi penulis dan pembacanya. Selamat!”
Wali Band

“Novel ini akan membuat haru biru pembacanya. Atho Al Rahman sanggup membuat semua yang serba kebetulan menjadi kebenaran karena indahnya rencana Allah Swt. Bravo!”
 Ratih Sang,
mantan top model era 90-an. 


Subjudul:
Rangkailah Kembali Kepingan Jiwamu yang Telah Patah…!

Atho Al Rahman

BIODATA PENULIS:

Penulis menghabiskan masa kecilnya, SD dan MTsN di kampung kecil Bantarwaru, Ligung, Majalengka, Jawa Barat. Kemudian melanjutkan sekolah di MAN Babakan, Ciwaringin, Cirebon sambil menuntut ilmu di Pondok Pesantren Kebon Jambu asuhan Almarhum KH Muhammad. Dari sini ilmu akhlak paling berkesan yang diterimanya. Lulus dari MAN kemudian melanjutkan kuliah di IAIN Ciputat (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab jurusan Sejarah dan Peradaban Islam (SPI) pada 1996 dan lulus 2001. Yakin dengan kebiasaan menulisnya, pria kelahiran 25 Juni 1975 ini diterima kerja di Harian Rakyat Merdeka (Jawa Pos Grup) selama dua tahun. Lalu pindah ke Harian Indo Pos (Jawa Pos Grup) hingga dipercaya menjadi redaktur dan general manager selama enam tahun. Pindah lagi dipercaya menjadi Pemimpin Redaksi Tangsel Pos (Tangerang Selatan) selama 2 tahun dan sampai sekarang masih mengabdi bekerja di Tangsel Pos. Pada 2005 menikah dengan Etty Kadriwaty dan dikarunia tiga putri, Aghnia Ruhama Rahman lahir 11 September 2006, Annisa Fariha Rahman lahir 11 September 2009, dan Amrina Rosyada Rahman lahir 13 Mei 2012. Novel yang sudah diterbitkan adalah “Dua Surga Dalam Cintaku” (Diva Press Jogja) April 2012. Penulis juga sedang merangkai novel romance religi berjudul “Antara Istiqlal dan Katedral”. 

Alamat penulis: Jalan Kampus Jaya No 30 B, Cidodol, Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. 

Phone : 0812-8424-5524
Email : kafilahababil@yahoo.co.id
Facebook : kafilah ababil


Nantikan Novel Terbaru Berikutnya

Novel Lanjutan....

Novel


Dua Surga Dalam Cintaku